Tampilkan postingan dengan label Teladan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Teladan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 April 2011

SIKSA UNTUK WANITA..... MENGERIKAN...


~::* Renungan Bagi Kaum Hawa *::~

Ana copas dari note salah satu temen 

Sahabatku kaum muslimin dan muslimat RENUNGAN KHUSUS untuk para wanita dan untuk aku sendiri…..

Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat Rasulullah menangis manakala ia datang bersama Fatimah. Lalu keduanya bertanya mengapa Rasul menangis.

Beliau menjawab, “Pada malam aku di-isra’-kan, aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya".

Putri Rasulullah kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya.

“Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.

Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.

Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.

Aku lihat perempuan yang telinganya tuli dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.

Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar, beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya.

Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,”kata Nabi.

Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka disiksa seperti itu?

*Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan mahramnya.

*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya (mensetubuhkan diri di atas ranjangnya [berbuat dg yg lain]).

*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.

*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan mahramnya dan suka mengumpat orang lain.

*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan mahramnya.

*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.

*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”

Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis. wallahua'lam

------------ Renungkan !!!------------

“Sesungguhnya aku mampu melihat apa yang tak sanggup kalian lihat. Kudengar suara gesekan dilangit (berkriut-kriut), langit sedemikian padatnya, tak ada tempat kosong bahkan seluas empat jari sekalipun karena langit dipenuhi para malaikat yang sedang bersujud kepada Allah SWT. Demi Allah!!! Sekiranya kalian mengetahui apa yang aku ketahui (tentang akhirat), niscaya kalian tidak akan pernah tertawa sedikitpun, bahkan kalian pasti akan banyak menangis (karena takut). Dan niscaya kalian tidak akan pernah bisa bersenang-senang dengan istri-istri kalian, dan niscaya kalian akan keluar berhamburan ke jalan-jalan (berteriak) untuk memohon (ampun) dan memanjatkan doa kepada Allah (meminta perlindungan dari bencana akhirat) yang akan Dia timpakan” ( HR Tirmidzi & Al-Bukhari)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. 14:7)

"Di hadapannya ada Jahanam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (QS.14:16-17)

Maka mereka ditimpa oleh (akibat) kejahatan perbuatan mereka dan mereka diliputi oleh azab yang selalu mereka perolok-olokkan. (QS. 16:34)

Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih. (QS. 17:9-10)

Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al Qur'an) Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan bagi mereka azab yang pedih.(An Nahl:104)

Smoga bermanfaat ..

Rabu, 16 Maret 2011

Nabi Yahya 'Alaihissalam dalam Al-Quran

Syaikh Asy-Syinqithi berkata:''Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.'' (QS. Maryam(19) :12) Kalimat 'ambillah Al-Kitab (Taurat)' berarti mengambilnya dengan sungguh-sungguh dan berusaha keras. Ini bisa dilakukan setelah sebelumnya memahami isi Taurat dengan benar, lalu beramal dengannya dalam semua aspek, mengimani ajarannya, menghalalkan sesuatu jika memang dihalalkan, dan mengharamkan sesuatu jika memang itu diharamkan, mengamalkan aturan/tata cara/syari'atnya, mengambil pelajaran dari kisah-kisah di dalamnya, dan melaksanakannya dalam segala cara. Dan sebagian besar mufasirin (ahli tafsir) mengatakan bahwa yang dimaksud 'Al-Kitab' di sini adalah Taurat.

''Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak.'' (QS. Maryam(19) :12)

Para ulama berbeda pendapat mengenai 'hikmah', namun semuanya cenderung untuk dekat pada arti satu hal, dimana ALlah memberikan pemahaman Taurat kepadanya, sehingga dia dapat mengerti dan beramal dengannya meskipun dia masih kecil.

''dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami'' (QS. Maryam(19) :13)

Kalimat ini disebutkan setelah kata 'hikmah'. 'Hanaan' (rasa belas kasihan) berarti kemurahan, perasaan kasih, dan empati yang ada pada dirinya. Dan kata ini banyak digunakan orang Arab merujuk pada kemurahan dan belas kasihan, seperti perkataan mereka, ''Hanaanak wa hanaaniyka yaa Rabb'', yang artinya 'Saya memohon belas kasihmu, ya Rabb'.

''dan kesucian (dari dosa)'' (QS. Maryam(19) :13)

Kalimat ini disebutkan setelah yang di atas, dan berarti bahwa dia bebas dari dosa dan ketidaktaatan, karena dia menaati ALlah dan mendekatkan diri kepada ALlah dengan hal-hal yang diridhai-Nya.

''Dan ia adalah seorang yang bertaqwa'' (QS. Maryam(19) :13)

Ini berarti bahwa Nabi Yahya menaati perintah dari Rabb-nya dan menghindari apa-apa yang dilarang-Nya. Jadi, dia tidak pernah melakukan dosa satu kalipun dan tidak pernah disalahkan atas apa yang diperbuatnya.

''dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya,'' (QS. Maryam(19) :14)

Kata 'barr' (berbakti) berarti melakukan sebuah kebaikan, yaitu: Kami menjadikannya berbakti kepada orang tuanya, misalnya dengan melakukan kebaikan dan memperlakukan keduanya dengan akhlaq sebaik-baiknya.

''dan bukanlah ia seorang yang sombong lagi durhaka'' (QS. Maryam(19) :14)
 
Ini berarti bahwa Nabi Yahya tidak sombong dalam ketaatannya kepada ALlah atau ketaatannya kepada orang tua. Beliau sangat taat kepada ALlah dan sangat rendah hati kepada orang tuanya. Ini menurut pendapat Ibnu Jarir. 'Jabbar' (sombong) berarti seseorang yang suka berbuat dhalim kepada orang lain dan merendahkan mereka. Siapapun yang sombong terhadap orang lain dan melakukan kekerasan kepada mereka, maka dia dinamakan 'jabbaar'.

''Salam atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali.'' (QS. Maryam(19) :15)

Ibnu Jarir berkata, 'Salam atas dirinya' berarti dia selamat dan aman. Arti yang lengkap dari 'Salam atas dirinya pada hari ia dilahirkan' adalah salam dari ALlah untuk Nabi Yahya, dan itu berarti keamanan dan keselamatan. Pada Surat Ali-Imran, ALlah berfirman:''... menjadi ikutan, menahan diri (dari perempuan) dan seorang Nabi, dari keturunan orang-orang bertaqwa'' (Q.S. Ali Imran(3) :39)

Kata 'sayyid' (yang menjadi ikutan) berarti adalah seseorang yang ditaati dan diikuti oleh sejumlah besar manusia.Kata 'husur' (menahan diri) berarti bahwa beliau menjaga dirinya sendiri dari perempuan, meskipun beliau mampu melakukannya, sebagai bentuk kepatuhan kepada ALlah. Hal ini diperbolehkan menurut ajaran/syari'at yang dibawanya, sedangkan Sunnah Muhammad RasuluLlah adalah untuk menikah, bukan menjadi bujangan untuk selamanya...

Pada frase 'seorang Nabi, dari keturunan orang-orang bertaqwa', kata Nabi berasal dari kata 'naba', yang artinya berita penting, karena wahyu adalah berita yang penting dari ALlah. Orang-orang bertaqwa adalah mereka yang iman, amal, perkataan, dan niatnya lurus. Ketaqwaan berlawanan artinya dari kemaksiatan atau pelanggaran. Allah menjelaskan bahwa Yahya adalah seorang yang bertaqwa dan Dia menceritakan pula nabi-nabi lain dengan cara yang hampir serupa pada Surat Al-An'am, dimana ALlah berfirman:''dan Zakaria, Yahaya, 'Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang bertaqwa'' (Q.S. Al-An'am(6) :85)

 
terjemahan dari www.islam-qa.com 
(Question. 22248), adaptasi dari Adwaa al-Bayaan, 4/245-252

Kamis, 27 Januari 2011

Segelas Air Di Medan Perang


Di zaman permulaan bangkitnya Agama Islam, banyak peperangan telah berlaku antara pihak tentera Islam dengan pihak musyrikin. Banyak suku-suku Arab yang musyrik telah bangkit menentang Kerajaan Islam yang berpusat di kota Madinah. Salah satu peperangan besar yang dihadapi oleh umat Islam ketika itu ialah Perang Yarmuk.
    
Dalam masa peperangan ini suatu peristiwa yang sungguh mengharukan telah terjadi yang kiranya elok dijadikan satu teladan yang indah buat umat dikemudian hari. Satu contoh teladan yang tidak ada tolok bandingnya bagi menunjukkan keluhuran budi pejuang-pejuang Islam di medan pertempuran.
    
Salah seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Abu Jahim Bin Huzaifah yang menyertai Perang Yarmuk itu meriwayatkan satu peristiwa tentang pengorbanan pejuang-pejuang Islam yang berhati mulia.

Abu Jahim bercerita.
“Semasa Perang Yarmuk itu saya sedang mencari saudara sepupu saya yang berada di barisan hadapan sekali. Saya bawa bersama-sama sedikit air agar dapat memberi faedah buat dirinya. Tatkala saya menjumpainya dia sedang terbaring berlumuran darah. Dia mengerang kesakitan dan harapan untuknya hidup sangat tipis sekali. Melihat keadaannya itu saya lantas berkejar kepadanya untuk memberikan air. Tetapi ketika hampir saya memberikannya air itu saya terdengar seorang lagi pejuang Islam sedang berteriak: “Berikanlah saya air! air!” Mendengar suaranya itu saudara sepupu saya lantas memberi isyarat agar saya pergi melayani orang itu lebih dahulu dan memberikannya air itu. Maka saya pun tanpa lengah lagi terus pergi mendapatkan orang itu. Pejuang itu amat saya kenali, tidak lain adalah Hasyim Bin Abilas.
    
Tetapi sebelum sempat saya memberikan air kepada Hasyim saya terdengar suara orang mengerang di sebelahnya pula, juga meminta air. Hasyim pula kali ini mengisyaratkan saya supaya memberikan air itu lebih dahulu kepada orang yang mengerang dekatnya. Bagaimanapun sebelum sempat saya kepada pejuang yang ketiga itu ia pun telah mati syahid. Lalu saya pun bergegas semula kepada Hasyim tetapi sedihnya ia juga telah mati syahid. Tanpa lengah lagi saya terus pergi mendapatkan saudara sepupu saya itu. Sungguh tidak tahan rasa di hati saya kerana saya dapati dia juga telah mati syahid. 

Demikianlah satu contoh keluhuran budi yang tidak ada bandingnya yang diperlihatkan oleh pejuang-pejuang Islam yang beriman.

Rabu, 26 Januari 2011

Antara gadis kecil Dan bapaknya yangberangkat haji.


Seorang lelaki dari kalangan muslimin merasa ajalnya telah dekat, dia mengutarakan kepada keluarganya akan keinginannya untuk melaksanakan haji tahun ini sehingga dia bisa mengakhiri hidupnya dalam keadaan telah mengerjakan rukun Islam yang kelima.

Istrinya keberatan terhadap keinginan berhaji suaminya dengan alasan bahwa dia tidak mampu mengerjakan ibadah haji, demikian pula dengan anak-anaknya dengan alas an sedikit harta dan terputusnya rejeki bila dia pergi meninggalkan keluarganya, mereka terus berdebat tentang masalah itu, sang bapak tetap ingin berangkat haji sedangkan istri dan anak-anaknya menghalangi kecuali seorang anak gadisnya yang berdiri di pojok rumah menyaksikan pertengkaran dan perdebatan yang berlangsung terus menerus.

Sesudah perdebatan itu selesai, anak gadis tersebut masuk rumah sambil berkata,’Biarkan bapak menunaikan perintah Allah, bertawakallah kalian sebab barangsiapa yang tawakal kepada Allah niscaya Allah mencukupinya’.

Berangkatlah ayah tersebut menempuh perjalanannya dan meninggalkan bekal yang sedikit, yang habis sesudah beberapa hari kepergiannya, mulailah anak-anak mengeluh kelaparan akibat kekurangan makan, semua anggota keluarga menyalahkan anak gadis itu dengan segala celaan, karena dialah yang mendorong bapaknya sehingga dia tetap menunaikan ibadah haji.

Gadis itu masuk ke kamarnya, melakukan sholat dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada Allah, ‘Ya Allah! Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pengasih, siapa saja yang bertawakal kepadaMu akan Kau cukupi kebutuhannya.

Tidak berapa lama terdengarlah suara ketukan pintu.

Ibu membuka pintu lalu melihat beberapa orang lelaki dan seorang lelaki berkuda meminta kepadanya seteguk air, ibu beralasan bahwa di rumah itu tidak tersisa air kecuali sedikit untuk anak-anak, lalu keluarlah sang gadis dari kamarnya dengan membawa bejana besar yang penuh berisi air dingin, dia berkata,’Kebaikan Allah itu banyak, jika kalian minta tambah maka akan kutambah lagi’.

Kemudian lelaki itu meminumnya bersama teman-temanya, dan hilanglah segala dahaga mereka dengan air yang dingin itu, lalu dia mengeluarkan sepotong emas dari kantongnya dan meletakannya di bejana bekas air tadi seraya berkata,’Siapa yang ingin mengerjakan perbuatanku ini silahkan dia mengerjakannya’.
Semua anggota rombongan itu mengeluarkan sepotong emas dari kantong perbekalan mereka dan meletakkannya ke dalam bejana, sehingga bejana itu penuh dengan emas, lalu dia memberikannya kepada anak gadis tadi dan melanjutkan perjalanannya.

Sekarang bergembiralah perasaan sang ibu dan menari kegirangan anak-anaknya disebabkan adanya harta yang banyak ini, kemudian gadis kecil yang berdiri di pinggir bertutur lagi,’Bukankah sudah kukatakan kepada kalian bahwa barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Dia mencukupinya’.

(Dikutip dari: Asybaluna Al-‘Ulama, Oleh Muhammad Shulthon)

Tanggisan pemimpin yang takut pada Allah


UMAR bin ABDUL AZIZ, Dia seorang hafizh, mujtahid, sangat mendalam ilmunya, zuhud,ahli ibadah dan sosok pemimpin kaum Muslimin yang sejati. Dia juga disebut Abu Hafsh,dari suku Quraisy,Bani Umayyah.

Istrinya, Fathimah pernah berkata, “ Dikalangan kaum laki-laki memang ada yang shalat dan puasanya lebih banyak dari Umar. Tetapi aku tidak melihat seorangpun yang lebih banyak ketakutannya kepada Allah daripada Umar, jika masuk rumah ia langsung menuju tempat shalatnya, bersimpuh dan menangis sambil berdoa kepada Alloh hingga tertidur. Kemudian dia bangun dan berbuat seperti itu sepanjang malam.”

Takkala menyampaikan khutbah terakhirnya, Umar bin Abdul Aziz naik keatas mimbar, memuji Alloh, lalu berkata, “ Sesungguhnya ditanganmu kini tergenggam harta orang-orang yang binasa. Orang-orang yang hidup pada generasi mendatang akan meninggalkannya , seperti yang telah dilakukan oleh generasi yang terdahulu. Tidakkah kamu ketahui bahwa siang dan malam kamu sekalian mengarak jasad yang siap menghadap Allah, lalu kamu membujurkannya di dalam rekahan bumi, tanpa tikar tanpa bantal, lalu kamu menimbunnya dalam kegelapan bumi ?. Jasad itu telah meninggalkan harta dan kekasih-kekasihnya. Dia terbujur dikolong bumi, siap menghadap hisab. Dia tak mampu berbuat apa-apa menghadapi keadaan sekitarnya dan tidak lagi membutuhkan semua yang ditinggalkannnya. Demi Allah, kusampaikanhal ini kepadamu sekalian, karena aku tidak tahu apa yang terbatik didalam hati seorang seperti yang kuketahui pada diriku sendiri “

Selanjutnya Umar bin Abdul Aziz menarik ujung bajunya, menyeka air mata, lalu turun dari mimbar. Sejak itu dia tidak keluar rumah lagi kecuali setelah jasadnya sudah membeku.

Diriwayatkan dari Abdus-Salam, mantan budak Maslamah bin Abdul Malik, dia berkata: “ Umar bin Abdul Aziz pernah menangis, melihat ia menangis, istrinya dan semua anggota keluarganya pun ikut menangis, padahal mereka tidak tahu persis apa pasalnya mereka ikut-ikutan menangis”.

Setelah suasana reda, Fathimah, istrinya bertanya: “Demi ayahku sebagai jaminan, wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat engkau menangis? “ .Umar bin Abdul aziz menjawab, “ Wahai fathimah, aku ingat akan persimpangan jalan manusia takkala berada di hadapan Alloh, bagaimana sebagian diantara mereka berada di sorga dan sebagian lain berada di neraka.

Bilik-bilik di Syurga

Rasulullah s.a.w. pernah bersabda bahawa di dalam syurga itu terbahagi dalam kamar-kamar. Dindingnya tembus pandang dengan hiasan di dalamnya yang sangat menyenangkan. Di dalamnya pula terdapat pemandangan yang tidak pernah dilihat di dunia dan terdapat satu hiburan yang tidak pernah dirasakan manusia di dunia.  "Untuk siapa kamar-kamar itu wahai Rasulullah s.a.w.?" tanya para sahabat. "Untuk orang yang mengucapkan dan menyemarakkan salam, untuk mereka yang memberikan makan kepada yang memerlukan, dan untuk mereka yang membiasakan puasa serta solat di waktu malam saat manusia lelap dalam mimpinya." "Siapa yang bertemu temannya lalu memberi salam, dengan begitu ia bererti telah menyemarakkan salam. Mereka yang memberi makan kepada ahli dan keluarganya sampai berkecukupan, dengan begitu bererti termasuk orang-orang yang membiasakan selalu berpuasa. Mereka yang solat Isya' dan Subuh secara berjemaah, dengan begitu bererti termasuk orang yang solat malam di saat orang-orang sedang tidur lelap." Begitu Rasulullah s.a.w.  menjelaskan sabdanya kepada sahabatnya.

Mayat bangun dari kubur


Jika Nauf boleh menghidupkan kuda milik Birdlaun milik Raja Faris atas izin Allah s.w.t., maka Nabi Isa boleh menghidupkan orang yang sudah mati atas izin Allah s.w.t. juga. Itulah mukjizat yang diberikan Allah s.w.t. kepada hamba-Nya untuk menunjukkan kebesarannya. Tapi dasar orang kafir, walaupun Nabi Isa boleh menunjukkan mukjizat menghidupkan orang yang sudah mati, mereka masih menyangkalnya. "Sesungguhnya engkau hanya dapat menghidupkan mayat yang baru yang ada kemungkinan memang belum mati benar. Cuba kau hidupkan mayat-mayat terdahulu jika kau boleh." Ujar mereka. Merasa ditentang kaumnya, Nabi Isa lalu berkata : "Silakan pilih mayat sekehendakmu," jawabnya. "Cuba hidupkan Sam dan Nuh," kata mereka.

Kemudian Nabi Isa pergi ke makam Sam bin Nuh. Setelah bersembahyang di atas kuburnya, Isa berdoa kepada Allah s.w.t. meminta Allah s.w.t. menghidupkan mayat itu. Atas kekuasaan Allah s.w.t. kedua mayat yang sudah lama meninggal itu bangkit kembali dari kuburnya. Rambut di kepala dan rambutnya sudah memutih. Begitu melihat keduanya hidup kembali, Isa bertanya, "Mengapa rambutmu sudah memutih semacam itu,". Keduanya lalu menjawab bahawa mendengar panggilan Isa, ia mengira hari kiamat sudah tiba. "Berapa lama kau sudah meninggal?" tanya Isa. "Empat ribu tahun, tetapi sampai sekarang belum hilang rasa sakit matiku." Jawabnya. Melihat mukjizat Allah s.w.t., berimanlah semula orang-orang yang kafir itu.

Jenazah berubah

Seorang anak mendatangi Rasulullah s.a.w. sambil menangis. Peristiwa itu sangat mengharukan Rasulullah s.a.w.  yang sedang duduk bersama-sama sahabat yang lain. "Mengapa engkau menangis wahai anakku?" tanya Rasulullah s.a.w. "Ayahku telah meninggal tetapi tiada seorang pun yang datang melawat. Aku tidak mempunyai kain kafan, siapa yang akan memakamkan ayahku dan siapa pula yang akan memandikannya?" Tanya anak itu. Segeralah Rasulullah s.a.w.  memerintahkan Abu Bakar dan Umar untuk menjenguk jenazah itu. Betapa terperanjatnya Abu Bakar dan Umar, mayat itu berubah menjadi seekor babi hutan. Kedua sahabat itu lalu segera kembali melapor kepada Rasulullah s.a.w.

Maka datanglah sendiri Rasulullah s.a.w. ke rumah anak itu. Didoakan kepada Allah s.w.t. sehingga babi hutan itu kembali berubah menjadi jenazah manusia. Kemudian Rasulullah s.a.w.  menyembahyangkannya dan meminta sahabat untuk memakamkannya. Betapa hairannya para sahabat, ketika jenazah itu akan dimakamkan berubah kembali menjadi babi hutan. Melihat kejadian itu, Rasulullah s.a.w.  menanyakan anak itu apa yang dikerjakan oleh ayahnya selama hidupnya. "Ayahku tidak pernah mengerjakan solat selama hidupnya," jawab anak itu. Kemudian Rasulullah s.a.w.  bersabda kepada para sahabatnya, "Para sahabat, lihatlah sendiri. Begitulah akibatnya bila orang meninggalkan solat selama hidupnya. Ia akan menjadi babi hutan di hari kiamat."

Hikmah tinggalkan bohong

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata : "Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya." Maka Rasulullah s.a.w. menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?" "Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.

Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah s.a.w. Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah s.a.w. lelaki itu berkata di dalam hatinya : "Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah s.a.w. itu."

Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek. "Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah s.a.w. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah s.a.w. dan setiap kali pulalah hatinya berkata : "Kalau aku berbohong kepada Rasulullah s.a.w. bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah s.a.w. itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah s.a.w. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

Kisah bumi dan langit


Adapun terjadinya peristiwa Israk dan Mikraj adalah kerana bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit, "Hai langit, aku lebih baik dari kamu karena Allah s.w.t. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-anaman, beberapa gunung dan lain-lain." Berkata langit, "Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu kerana matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, 'arasy, kursi dan syurga ada padaku."
Berkata bumi, "Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)."

Bumi berkata lagi, "Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah s.w.t. seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari'atnya juga di tempatku." Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah s.w.t. dengan berkata, "Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga."

Lalu Allah s.w.t. mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah s.w.t. memberi wahyu kepada Jibrail A.S pada malam tanggal 27 Rejab, "Janganlah engkau (Jibrail) bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini."
Jibrail a.s.bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?"
Allah s.w.t. berfirman, maksudnya, "Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu." Kemudian Jibrail a.s. pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail a.s.terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibrail a.s. menghampiri buraq itu lalu bertanya, "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"

Berkata buraq, "Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mahu makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan." Berkata Jibrail a.s., "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu." Kemudian Jibrail a.s.memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. Wallahu'alam.

UNTA MENJADI HAKIM


Pada zaman Rasulullah s.a.w, ada seorang Yahudi yang menuduh orang Muslim mencuri untanya. Maka dia datangkan empat orang saksi palsu dari golongan munafik. Nabi s.a.w lalu memutuskan hukum unta itu milik orang Yahudi dan memotong tangan Muslim itu sehingga orang Muslim itu kebingungan. Maka ia pun mengangkatkan kepalanya menengadah ke langit seraya berkata, "Tuhanku, Engkau Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya aku tidak mencuri unta itu." 

Selanjutnya orang Muslim itu berkata kepada Nabi s.a.w, "Wahai Rasulullah, sungguh keputusanmu itu adalah benar, akan tetapi mintalah keterangan dari unta ini." 

Kemudian Nabi s.a.w bertanya kepada unta itu, "Hai unta, milik siapakah engkau ini ?" 

Unta itu menjawab dengan kata-kata yang fasih dan terang, "Wahai Rasulullah, aku adalah milik orang Muslim ini dan sesungguhnya para saksi itu adalah dusta." 

Akhirnya Rasulullah s.a.w berkata kepada orang Muslim itu, "Hai orang Muslim, beritahukan kepadaku, apakah yang engkau perbuat, sehingga Allah Ta'ala menjadikan unta ini dapat bercakap perkara yang benar." 

Jawab orang Muslim itu, "Wahai Rasulullah, aku tidak tidur di waktu malam sehingga lebih dahulu aku membaca selawat ke atas engkau sepuluh kali." 

Rasulullah s.a.w bersabda, "Engkau telah selamat dari hukum potong tanganmu di dunia dan selamat juga dari siksaan di akhirat nantinya dengan sebab berkatnya engkau membaca selawat untukku." 

Memang membaca selawat itu sangat digalakkan oleh agama sebab pahala-pahalanya sangat tinggi di sisi Allah. Lagi pula boleh melindungi diri dari segala macam bencana yang menimpa, baik di dunia dan di akhirat nanti. Sebagaimana dalam kisah tadi, orang Muslim yang dituduh mencuri itu mendapat perlindungan daripada Allah melalui seekor unta yang menghakimkannya.

ORANG YANG PALING BERANI


Al Bazzar meriwayatkan dalam kitab Masnadnya dari Muhammad bin Aqil katanya, "Pada suatu hari Ali bin Abi Talib pernah berkhutbah di hadapan kaum Muslimin dan beliau berkata, "Hai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani ?" 

Jawab mereka, "Orang yang paling berani adalah engkau sendiri, hai Amirul Mukminin." 

Kata Ali, "Orang yang paling berani bukan aku tapi adalah Abu Bakar. Ketika kami membuatkan Nabi gubuk di medan Badar, kami tanyakan siapakah yang berani menemankan Rasulullah s.a.w dalam gubuk itu dan menjaganya dari serangan kaum Musyrik ? Di saat itu tiada seorang pun yang bersedia melainkan Abu Bakar sendiri. Dan beliau menghunus pedangnya di hadapan Nabi untuk membunuh siapa sahaja yang mendekati gubuk Nabi s.a.w. Itulah orang yang paling berani." 

"Pada suatu hari juga pernah aku menyaksikan ketika Nabi sedang berjalan kaki di kota Mekah, datanglah orang Musyrik sambil menghalau beliau dan menyakiti beliau dan mereka berkata, "Apakah kamu menjadikan beberapa tuhan menjadi satu tuhan ?" Di saat itu tidak ada seorang pun yang berani mendekat dan membela Nabi selain Abu Bakar. Beliau maju ke depan dan memukul mereka sambil berkata, "Apakah kamu hendak membunuhorang yang bertuhankan Allah ?" 

Kemudian sambil mengangkat kain selendangnya beliau mengusap air matanya. Kemudian Ali berkata, "Adakah orang yang beriman dari kaum Firaun yang lebih baik daripada Abu Bakar ?" Semua jamaah diam sahaja tidak ada yang menjawab. Jawab Ali selanjutnya, "Sesaat dengan Abu Bakar lebih baik daripada orang yang beriman dari kaum Firaun walaupun mereka sepuluh dunia, kerana orang beriman dari kaum Firaun hanya menyembunyikan imannya sedang Abu Bakar menyiarkan imannya."

SEORANG ANAK MEMBANGKANG PERINTAH AYAHNYA


Ketika Rasulullah S.A.W memanggil kaum Muslimin yang mampu berperang untuk terjun ke gelanggang perang Badar, terjadi dialog menarik antara Saad bin Khaitsamah dengan ayahnya yakni Khaitsamah. Dalam masa-masa itu panggilan seperti itu tidak terlalu menghairankan. Kaum Muslimin sudah tidak merasa asing bila dipanggil untuk membela agama Allah dan jihad fisabilillah. Sebab itu Khaitsamah berkata kepada anaknya, "Wahai anakku, aku akan keluar untuk berperang dan kau tinggal di rumah menjaga wanita dan anak-anak."

"Wahai ayahku, demi Allah janganlah berbuat seperti itu, kerana keinginanku untuk memerangi mereka lebih besar daripada keinginanmu. Engkau telah berkepentingan untuk tinggal di rumah, maka izinkanlah aku keluar dan tinggallah engkau di sini, wahai ayahku." 

Khaitsamah marah dan berkata kepada anaknya, "Kau membangkang dan tidak mentaati perintahku." 

Saad menjawab, "Allah mewajibkan aku berjihad dan Rasulullah memanggilku untuk berangkat berperang. Sedangkan engkau meminta sesuatu yang lain padaku, sehingga bagaimana engkau rela melihat aku taat padamu tetapi aku menentang Allah dan Rasulullah."

Maka Khaitsamah berkata, "Wahai anakku, apabila ada antara kita harus ada yang berangkat satu orang baik kau mahupun aku, maka dahulukan aku untuk berangkat."

Saad menjawab, " Demi Allah wahai ayahku, kalau bukan masalah syurga, maka aku akan mendahulukanmu."

Khaitsamah tidak rela kecuali melalui undian antara dia dan anaknya sehingga terasa lebih adil. Hasil undian menunjukkan bahawa Saadlah yang harus turun ke medan perang. Dia pun turun ke medan Badar dan mati syahid.

Setelah itu Khaitsamah berangkat menuju medan pertempuran. Tetapi Rasulullah tidak mengizinkannya. Hanya sahaja Rasulullah akhirnya mengizinkannya setelah Khaitsamah berkata sambil menangis, " Wahai Rasulullah, aku sekali terjun dalam perang Badar. Lantaran inginnya aku harus mengadakan undian dengan anakku. Tetapi itu dimenangkannya sehingga dia yang mendapat mati syahid. Kelmarin aku bermimpi di mana di dalamnya anakku itu berkata kepadaku, "Engkau harus menemani kami di syurga, dan aku telah menerima janji Allah. 

Wahai Rasulullah, demi Allah aku rindu untuk menemaninya di syurga. Usiaku telah lanjut dan aku ingin berjumpa dengan Tuhanku." 

Setelah diizinkan Rasulullah, Khaitsamah bertempur hingga mati syahid dan berjumpa dengan anaknya di syurga.

KISAH SEEKOR ULAT DENGAN NABI DAUD A.S


Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud A.S sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu.

Lalu Nabi Daud A.S. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"

Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mula berkata-kata kepada Nabi Daud A.S. "Wahai Nabi Allah! Allah S.W.T telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali. 

Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud A.S. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?"

Akhirnya Nabi Daud menyedari akan kesilapannya kerana memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah S.W.T. maka Nabi Daud A.S. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.

Begitulah sikap para Nabi A.S. apabila mereka mentedari kesilapan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T. Kisah-kisah yang berlaku pada zaman para nabi bukanlah untuk kita ingat sebagai bahan sejarah, tetapi hendaklah kita jadikan sebagai teladan supaya kita tidak memandang rendah kepada apa sahaja makhluk Allah yang berada di bumi yang sama-sama kita tumpangi ini.

PAHALA MEMBANTU TETANGGA DAN ANAK YATIM

Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, tertidur di Masjidil Haram. Dia telah bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, "Berapa banyak orang-orang yang berhaji pada tahun ini?"

Jawab yang lain, "Enam ratus ribu."

Lalu ia bertanya lagi, "Berapa banyak yang diterima ?"

Jawabnya, "Tidak seorang pun yang diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muwaffaq, dia tidak dapat berhaji, tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun itu diterima dengan berkat hajinya Muwaffaq."

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik mencari orang yang bernama Muwaffaq itu sehingga ia sampailah ke rumahnya. Dan ketika diketuknya pintunya, keluarlah seorang lelaki dan segera ia bertanya namanya.
Jawab orang itu, "Muwaffaq."

Lalu abdullah bin Mubarak bertanya padanya, "Kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai darjat yang sedemikian itu?"

Jawab Muwaffaq, "Tadinya aku ingin berhaji tetapi tidak dapat kerana keadaanku, tetapi mendadak aku mendapat wang tiga ratus diirham dari pekerjaanku membuat dan menampal sepatu, lalau aku berniat haji pada tahun ini sedang isteriku pula hamil, maka suatu hari dia tercium bau makanan dari rumah jiranku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah jiranku dan menyampaikan tujuan sebenarku kepada wanita jiranku itu.

Jawab jiranku, "Aku terpaksa membuka rahsiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, kerana itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba bertemulah aku dengan bangkai himar di suatu tempat, lalu aku potong sebahagiannya dan bawa pulang untuk masak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu."

Ketika aku mendegar jawapan itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil wang tiga ratus dirham dan keserahkan kepada jiranku tadi seraya menyuruhnya membelanjakan wang itu untuk keperluan anak-anak yatim yang ada dalam jagaannya itu.

"Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku." Kata Muwaffaq lagi.

Demikianlah cerita yang sangat berkesan bahawa membantu jiran tetangga yang dalam kelaparan amat besar pahalanya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim.

Rasulullah ada ditanya, "Ya Rasullah tunjukkan padaku amal perbuatan yang bila kuamalkan akan masuk syurga."

Jawab Rasulullah, "Jadilah kamu orang yang baik."

Orang itu bertanya lagi, "Ya Rasulullah, bagaimanakah akan aku ketahui bahawa aku telah berbuat baik?"

Jawab Rasulullah, "Tanyakan pada tetanggamu, maka bila mereka berkata engkau baik maka engkau benar-benar baik dan bila mereka berkata engkau jahat, maka engkau sebenarnya jahat."

KEJUJURAN SEORANG SAUDAGAR PERMATA


Pada suatu hari, seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya kerana ia akan keluar solat. Ketika itu datanglah seorang badwi yang hendak membeli perhiasan di kedai itu. Maka terjadilah jual beli di antara badwi itu dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya tadi. 

Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya empat ratus dirham. Saudara kepada Yunus menunjukkan suatu barang yang sebetulnya harga dua ratus dirham. Barang tersebut dibeli oleh badwi tadi tanpa diminta mengurangkan harganya tadi. Ditengah jalan, dia terserempak dengan Yunus bin Ubaid. Yunus bin Ubaid lalu bertanya kepada si badwi yang membawa barang perhiasan yang dibeli dari kedainya tadi. Sememangnya dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Saudagar Yunus bertanya kepada badwi itu, "Berapakah harga barang ini kamu beli?" 

Badwi itu menjawab, "Empat ratus dirham." 

"Tetapi harga sebenarnya cuma dua ratus dirham sahaja. Mari ke kedai saya supaya saya dapat kembalikan wang selebihnya kepada saudara." Kata saudagar Yunus lagi. 

"Biarlah, ia tidak perlu. Aku telah merasa senang dan beruntung dengan harga yang empat ratus dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah lima ratus dirham." 

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mahu melepaskan badwi itu pergi. Didesaknya juga agar badwi tersebut balik ke kedainya dan bila tiba dikembalikan wang baki kepada badwi itu. Setelah badwi itu beredar, berkatalah saudagar Yunus kepada saudaranya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?" Marah saudagar Yunus lagi. 

"Tetapi dia sendiri yang mahu membelinya dengan harga empat ratus dirham." Saudaranya cuba mempertahankan bahawa dia dipihak yang benar. 

Kata saudagar Yunus lagi, "Ya, tetapi di atas belakang kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri." 

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi peniaga-peniaga kita yang beriman, amatlah tepat. Kerana ini menunjukkan peribadi seorang peniaga yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram kerana tidak ada penipuan dalam perniagaan.
Dalam hal ini Rasulullah S.A.W bersabda, "Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas dan memberi rezeki dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntut aku lantaran menzalimi di jiwa atau diharga." (Diriwayat lima imam kecuali imam Nasa'i).

KISAH DARI KITAB ALLAH YANG DAHULU


Suatu ketika Rasulullah s.a.w telah ditanya tentang suhuf yang diturunkan kepada suhuf Nabi Allah Musa a.s.
Rasulullah s.a.w berkata, "Sebahagian daripada kandungan suhuf Nabi Musa a.s :

·  1. Aku hairan pada orang yang telah meyakinkan akan datangnya kematian (yakin dirinya akan mati dan ditanya tentang amalannya), tetapi mengapa mereka merasa seronok dan gembira di dunia (tidak membuat persediaan). 

·  2. Aku hairan kepada orang yang telah meyakini akan adanya qadar (ketentuan) Allah, tetapi mengapa mereka marah-marah (bila sesuatu musibah menimpa dirinya). 

·  3. Aku hairan pada orang yang telah meyakini akan adanya hisab (hari pengiraan amal baik dan buruk), tetapi mengapa mereka tidak berbuat kebaikan?" 


Rasulullah s.a.w ditanya pula tentang sebahagian daripada kitab Taurat, Nabi berkata, "Antara kandungannya ialah :

·  1. Wahai anak Adam, janganlah kau merasa khuatir akan kekuasaan (pangkat), selagi kekuasaanKu kekal abadi iaitu tidak akan hilang selamanya. 

·  2. Wahai anak Adam, sesungguhnya Kami menciptakan kamu adalah untuk beribadah kepadaKu, maka dari itu janganlah kamu mensia-siakan (menghabiskan masamu untuk berhibur sahaja). 

·  3. Wahai anak Adam, Kami tidak mengira akan amalanmu yang akan dilakukan esok, oleh itu janganlah kamu cemas akan rezekimu untuk esok. 

·  4. Wahai anak Adam, sesungguhnya bagi kamu ada kewajipan dan ketentuan rezeki, sekalipun kamu mengabaikan kewajipanmu terhadapKu, namun Aku tidak akan mengabaikan rezeki yang telah ditentukan untukmu. 

·  5. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu redha pada apa-apa yang telah aku berikan kepadamu, maka kamu akan merasakan bahagia lahir dan batin. Tetapi jika kamu tidak redha dengan apa-apa yang telah Aku berikan itu, maka kamu akan dikuasai oleh dunia sehingga kamu akan melompat-lompat dan melenting kepanasan di padang pasir yang panas. Demi Keagungan dan KemuliaanKu, ketika itu pun kau tidak akan memperolehi apa-apa selain yang telah aku tetapkan, malahan engkau termasuk di dalam golongan orang yang tercela di sisiKu."

JANGAN MENYIKSA DIRI


Allah S.W.T menciptakan dunia seisinya untuk kemudahan manusia itu sendiri, oleh itu hendaklah manusia memanfaatkannya. 

Sahabat Anas menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah S.A.W melihat seseorang yang dipapah oleh kedua orang anaknya menunaikan haji dengan berjalan kaki. 

Apabila melihat keadan itu maka baginda bertanya, "Mengapa dengan orang ini?"

Dua anak itu berkata, "Dia bernazar hendak menunaikan haji dengan berjalan kaki."

Rasulullah berkata, "Sesungguhnya Allah S.W.T tidak memerlukan orang yang menyiksakan dirinya." 

Ketika itu juga Rasulullah memerintahkan kepada orang itu agar naik kenderaan untuk menunaikan haji. 

Dalam satu peristiwa lain, seseorang menziarahi tuan gurunya yang sudah lama berpisah, dia berjalan kaki beberapa batu ke rumah gurunya dengan maksud untuk mendapat pahala yang lebih. Setiba di rumah gurunya itu, tuan guru itu bertanya, "Kamu datang dengan apa?" 

Anak murid itu berkata, "Saya berjalan kaki."

Apabila tuan guru itu mendengar jawapan anak muridnya itu dia berkata :
"Dia telah menciptakan kuda, baghal dan keledai agar kamu mengenderainya."

GUNUNG MENANGIS TAKUT TERGOLONG BATU API NERAKA


Pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad S.A.W. Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan tetapi hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahwa Rasulullah S.A.W akan mendatangi hajat yakni membuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah berkata; Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi aling-aling atau penutup baginya, karena sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar." 

Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda S.A.W selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu. 

Peristiwa kedua adalah, bahawa Uqa'il berasa haus dan setelah mencari air ke mana pun namun tidak ditemui. Maka baginda S.A.W berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!" 

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahwa aku sejak Allah S.W.T menurunkan ayat yang bermaksud : ("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu beserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku." 

Peristiwa yang ketiga ialah, bahawa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Nabi, tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan rasulullah, maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu." Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. 

Melihat orang Arab kampung itu, Nabi Muhammad S.A.W berkata, "Hendakl mengapakah kamu terhadap unta itu ?" 

Jawab orang kampung itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mau taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)." Rasulullah S.A.W bertanya, "Mengapa engkau mendurhakai dia ?" 

Jawab unta itu, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak mendurhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku mendurhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk.. Karena kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan solat Isya'. Kalau sekiranya dia mau berjanji kepada engkau akan mengerjakan solat Isay' itu, maka aku berjanji tidak akan mendurhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah menurunkan siksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka." 

Akhirnya Nabi Muhammad S.A.W mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahwa dia tidak akan meninggalkan solat Isya'. Dan baginda Nabi Muhammad S.A.W menyerahkan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.

KISAH BERKAT DI SEBALIK MEMBACA BISMILLAH


Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan.

Perempuan itu sentiasa membaca Bismillah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulai sesuatu sentiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap isterinya dan sentiasa memperolok-olokkan isterinya.

Suaminya berkata sambil mengejak, "Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah."

Isterinya tidak berkata apa-apa sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : "Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu."

Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak kepada isterinya dengan berkata, "Simpan duit ini." Isterinya mengambil duit itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan senyap-senyap suaminya itu mengambil duit tersebut dan mencampakkan beg duit ke dalam perigi di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil isterinya dan berkata, "Berikan padaku uang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan."

Kemudian isterinya pergi ke tempat dia menyimpan duit itu dan diikuti oleh suaminya dengan berhati-hati dia menghampiri tempat dia menyimpan duit itu dia membuka dengan membaca, "Bismillahirrahmanirrahiim." Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibrail A.S. untuk mengembalikan beg duit dan menyerahkan duit itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada isterinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mula mengerjakan perintah Allah, dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulakan sesuatu kerja.